RAFI
MELAWAN LEUKIMIA
Sudah
hampir dua bulan ini Rafi Wahyu Dwi Pratama berjuang melawan
leukemia. “ Kondisinya tidak stabil” karena kondisi tersebut
Rafi belum bisa diobati, sambung Wahyudi seraya membelai kepala
anaknya dengan penuh kasih sayang.
Adapun
sang ibu Hastuti hanya dapat memandangi anaknya. Ada kesedihan dan
kecemasan di sorot mata seorang ibu yang takut akan kehilangan buah
hatinya.
Siapa
pun orangtua pasti akan dihinggapi perasaan takut kehilangan manakala
sang anak divonis menderita leukemia atau kanker darah. Rasa takut
sekaligus cemas, dan letih yang sangat mulai dirasakan Wahyudi dan
Hastuti sejak Agustus 2012. Suatu hari Hastuti mendapatkan wajah anak
bungsunya yang saat itu baru berusia 4 tahun tampak pucat, tubuhnya
lemas dan mengeluh sakit.
Wahyudi
dan Hastuti segera membawa Rafi ke Dokter umum. Dokter kemudian
melakukan cek di diagnosa karena sakit radang. Dokter menduga
Benjolan di bawah telinga Rafi menderita radang ( Dokter umum yang ke
2 tempat Rafi periksa). Namun, setelah seminggu menjalani perawatan
dan kembali menjalani cek darah, belum juga menemukan titik temu
tentang penyakit Rafi, Selanjutnya Rafi di bawa ke Dokter Specialis
anak di diangnonasa bukan radang kemungkinan paru2.
Setelah
seminggu dirawat, dan tidak diketahui penyakitnya, dokter membuat
rujukan ke Rumah sakit kariadi Semarang. Sesampainya di Rumah Sakit
Kariadi Semarang, Dokter Rumah Sakit Kariadi Semarang kemudian
menganjurkan Rafi menjalani BNP atau pengambilan sumsum tulang
belakang. BNP adalah satu-satunya jalan untuk mengetahui penyakit
yang diderita Rafi. Masih terbayang di pelupuk mata Wahyudi saat buah
hatinya menjalani BNP.
“Anak
saya mengeluh sakit. Ayah sakit, Yah. Ayah tolong aku. Ayah aku tidak
kuat,” ujar Wahyudi menirukan ucapan sang anak. Ternyata hasil BNP
menyebutkan Rafi postif menderita leukemia ALL. Sang ibu Hastuti
langsung jatuh pingsan, tak sadarkan diri. “Saya mencoba menguatkan
diri untuk tidak menangis,” kenang Wahyudi berlinang air mata.
“Anak saya sempat bertanya, kenapa sedih? Ada apa? Namun, saya
tetap tidak memberitahu dia. Saya hanya sempat berbisik, kamu harus
kuat ya, dan anak saya saat itu menganggukkan kepalanya,” lanjut
Wahyudi. Sejak itulah Rafi harus keluar masuk rumah sakit. Ia wajib
mengonsusmi obat pada pagi, siang, dan malam hari selama dua bulan.
Bagi
Wahyudi yang mengandalkan hidup dari seorang yg bekerja sebagai
service Acc tentu bukan persoalan mudah untuk bisa membiayai anaknya
ke rumah sakit. Ketika itu, Wahyudi yang belum mengurus Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM) bagi Rafi, anaknya, harus membayar
biaya kamar, perawatan rumah sakit, termasuk membeli obat.
Demi
kesembuhan anaknya, Wahyudi rela menjual barang-barang berharga
miliknya. Wahyudi - Hastuti juga sering menebalkan muka kepada
kerabat untuk mendapatkan pinjaman, karane sudah 2 bulan ini kondisi
belum stabil (masih di Kariadi Semarang), yang diperlukan 4 kantong
darah putih 1 kantong darah merah untuk 1 X transfusi. Sekarang ini
yang penting saya dan istri berjuang menyelamatkan Rafi,” ungkap
Wahyudi. “Apalagi anak saya punya semangat tinggi untuk bertahan
hidup,” lanjut penduduk Tawang Mas Baru 57 , Tawang Mas –
Semarang ( Ruang Anak Lantai 3 Ruma Sakit Kariadi Semarang)
Bersimpati
itu gampang, lebih mudah diungkapkan....yang lebih susah itu
berempati....
Saat
ini sedang berusaha agar biaya Rafi bisa mendapat keringanan,
mohon
do'anya semoga Allah SWT memberi kemudahan. Di luar biaya operasi,
biasanya biaya obat, dan biaya lain-lainnya juga tidak sedikit.
Uluran tangan dari para donatur untuk Rafi sangat diharapkan. Bantuan
bisa ditransfer ke rekening atas nama :
BNI
AN: NANANG WAHYU SAPUTRA 0234040334
Tidak ada komentar:
Posting Komentar