Senin, 01 Oktober 2012


RAFI MELAWAN LEUKIMIA

Sudah hampir dua bulan ini Rafi Wahyu Dwi Pratama berjuang melawan leukemia. “ Kondisinya tidak stabil” karena kondisi tersebut Rafi belum bisa diobati, sambung Wahyudi seraya membelai kepala anaknya dengan penuh kasih sayang.
Adapun sang ibu Hastuti hanya dapat memandangi anaknya. Ada kesedihan dan kecemasan di sorot mata seorang ibu yang takut akan kehilangan buah hatinya.
Siapa pun orangtua pasti akan dihinggapi perasaan takut kehilangan manakala sang anak divonis menderita leukemia atau kanker darah. Rasa takut sekaligus cemas, dan letih yang sangat mulai dirasakan Wahyudi dan Hastuti sejak Agustus 2012. Suatu hari Hastuti mendapatkan wajah anak bungsunya yang saat itu baru berusia 4 tahun tampak pucat, tubuhnya lemas dan mengeluh sakit.
Wahyudi dan Hastuti segera membawa Rafi ke Dokter umum. Dokter kemudian melakukan cek di diagnosa karena sakit radang. Dokter menduga Benjolan di bawah telinga Rafi menderita radang ( Dokter umum yang ke 2 tempat Rafi periksa). Namun, setelah seminggu menjalani perawatan dan kembali menjalani cek darah, belum juga menemukan titik temu tentang penyakit Rafi, Selanjutnya Rafi di bawa ke Dokter Specialis anak di diangnonasa bukan radang kemungkinan paru2.
Setelah seminggu dirawat, dan tidak diketahui penyakitnya, dokter membuat rujukan ke Rumah sakit kariadi Semarang. Sesampainya di Rumah Sakit Kariadi Semarang, Dokter Rumah Sakit Kariadi Semarang kemudian menganjurkan Rafi menjalani BNP atau pengambilan sumsum tulang belakang. BNP adalah satu-satunya jalan untuk mengetahui penyakit yang diderita Rafi. Masih terbayang di pelupuk mata Wahyudi saat buah hatinya menjalani BNP.
Anak saya mengeluh sakit. Ayah sakit, Yah. Ayah tolong aku. Ayah aku tidak kuat,” ujar Wahyudi menirukan ucapan sang anak. Ternyata hasil BNP menyebutkan Rafi postif menderita leukemia ALL. Sang ibu Hastuti langsung jatuh pingsan, tak sadarkan diri. “Saya mencoba menguatkan diri untuk tidak menangis,” kenang Wahyudi berlinang air mata. “Anak saya sempat bertanya, kenapa sedih? Ada apa? Namun, saya tetap tidak memberitahu dia. Saya hanya sempat berbisik, kamu harus kuat ya, dan anak saya saat itu menganggukkan kepalanya,” lanjut Wahyudi. Sejak itulah Rafi harus keluar masuk rumah sakit. Ia wajib mengonsusmi obat pada pagi, siang, dan malam hari selama dua bulan.
Bagi Wahyudi yang mengandalkan hidup dari seorang yg bekerja sebagai service Acc tentu bukan persoalan mudah untuk bisa membiayai anaknya ke rumah sakit. Ketika itu, Wahyudi yang belum mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) bagi Rafi, anaknya, harus membayar biaya kamar, perawatan rumah sakit, termasuk membeli obat.
Demi kesembuhan anaknya, Wahyudi rela menjual barang-barang berharga miliknya. Wahyudi - Hastuti juga sering menebalkan muka kepada kerabat untuk mendapatkan pinjaman, karane sudah 2 bulan ini kondisi belum stabil (masih di Kariadi Semarang), yang diperlukan 4 kantong darah putih 1 kantong darah merah untuk 1 X transfusi. Sekarang ini yang penting saya dan istri berjuang menyelamatkan Rafi,” ungkap Wahyudi. “Apalagi anak saya punya semangat tinggi untuk bertahan hidup,” lanjut penduduk Tawang Mas Baru 57 , Tawang Mas – Semarang ( Ruang Anak Lantai 3 Ruma Sakit Kariadi Semarang)
Bersimpati itu gampang, lebih mudah diungkapkan....yang lebih susah itu berempati....
Saat ini sedang berusaha agar biaya Rafi bisa mendapat keringanan,
mohon do'anya semoga Allah SWT memberi kemudahan. Di luar biaya operasi, biasanya biaya obat, dan biaya lain-lainnya juga tidak sedikit. Uluran tangan dari para donatur untuk Rafi sangat diharapkan. Bantuan bisa ditransfer ke rekening atas nama :
BNI AN: NANANG WAHYU SAPUTRA 0234040334


Tidak ada komentar:

Posting Komentar